Jumat, 16 April 2010
Sabtu, 10 April 2010
Terumbu Buatan
Terumbu buatan adalah struktur atau kerangka yangsengaja di letakkan ke dalam laut yang ditujukan sebagai tempat berlindung dan habitat berbagai organisme laut (sebagai rumpon dan penempel larva karang), atau sebagai perlindungan pantai.
Fungsi dan Manfaat Terumbu Buatan
Fungsi utama terumbu buatan adalah sebagai berikut:
1. Restorasi atau rehabilitasi fungsi-fungsi penting terumbu karang alami yang sudah rusak, yang ada di sekitarnya.
2. Untuk menarik dan mengumpulkan organisme laut sehingga upaya penangkapannya lebih mudah dan efisien.
3. Melindungi daerah penangkapan tradisional dari beroperasinya kapal pukat.
4. Membuka peluang baru bagi usaha pariwisata bahari dalam bentuk kegiatan penyelaman, snorkeling, pemancingan, dan sebagainya.
Jenis-jenis bahan untuk membuat terumbu buatan
Bahan alami
- Kayu dan bamboo
- Kulit kerang
- Batu pecah atau batu gamping
Bahan buatan
- Beton
- Bahan bekas yang tidak terpakai
- Bahan pengendap elektronis
Pembuatan Terumbu Buatan Dari Beton
a. Terumbu buatan modular dengan beton ringan
Bahan-bahan yang dperlukan untuk membuat modul ringan dengan berat 20-30 kg adalah kerikil, semen, dan air. Kerikil yang akan digunakan batu pecah dengan diameter 0,5-1 cm sehingga mempunyai ikatan yang lebih kuat. Serta semen yang di gunakan adalah semen yang mempunyai daya ikat yang baik.
Pada model ini, dimensi terumbu buatan biasanya berukuran panjang x lebar = 60 x 60 cm. untuk satu unit terumbu buatan moduler mempunyai volume 0,038 m3dan berat 76 kg.
Peralatan pokok yang digunakan antara lain cetaskan dan pengaduk beton. Cetakan dapat dibuat dari bahan papan kayu atau plat besi, paku dan plastic. Ukuran cetakan disesuaikan dengan dimensi beton yang akan di buat, yaitu panjang x lebar x tinggi / tebal= 60 x 60 x 5cm. agar lebih praktis, cetakan dibuat dari papan kayu dan dibuat beberapa unit sekaligus sehingga dapat mempercepat proses pencetakan. Dalam hal ini plastic digunakan sebagai alas waktu mencetaak beton. Pengadukan beton dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan cetok, atau secara mekanis dengan alat pengaduk beton.
Langkah-langkah pembuatan terumbu buatan model ini adalah:
Membuat cetakan beton
Menyiapkan tulangan praktis dari besi tulangan diameter 6 mm sesuai bentuk cetakan. Tulangan di potong +-4 kali ukuran panjang/lebar untuk tulangan keliling, dan untuk tulangan di tengah sepanjang lebar cetakan. Pada tiap sudut, tulangan keliling cukup di bengkokkan. Pengikatan atau perangkaian antar tulangan dengan kawat ram dilakukan pada pertemuan ujung pangkal tulangan keliling dan pertemuan tulangan keliling dengan ujung tulangan tengah.
Menyiapkan campuran beton ringan
Kerikil dibersihkan dari kotoran dengan mencuci / menyemprot dengan air. Semen dan kerikil dicampur dan diaduk dengan pengaduk hingga merata. Setelah rata sambil terus diaduk dituangkan air sedikit demi sedikit. Perbandingan air dan semen diperkirakan sehingga campuran/adukan beton mudah dikerjakan. Setelah campuran merata, dituangkan ke dalam cetakan kira-kira setengah tebal cetakan. Letakkan besi tulangan dan tuangkan sisa adukan hingga mencapai tebal yang diinginkan.
Mengeringkan campuran beton ringan
Selama dalam cetakan, tempatkan di dalam tempat yang teduh dan bila perlu tutup dengan kain yang selalu dibasahi paling cepat satu minggu setelah beton di tuangkan, cetakan dapat dibuka. Kepingan beton hasil cetakan ditumpuk tegak sambil diangin-anginkan dditempat yang teduh. Bila terdapat bagian yang patah dapat diperbaiki dengan menambal menggunakan pasta semen.
Merangkai moduler beton ringan
Apabila beton telah mengeras, dapat diangkut kelapangan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan menyusun secara miring lembaran-lembaran beton ringan percetak tersebut di dalam bak pengangkut. Setelah sampai dilokasi lembaran-lembaran dapat dirangkai membentuk kubus atau bentuk lain. Perangkaian dilakukan dengan tulangan diameter 6 mm yang dimasukkan dalam lubang yang telah disediakan pada samping lembaran beton. Setelah tulangan dimasukkan diisi dengan pasta semen selain itu antara lembaran beton dapat direkat dengan pasta semen pasir.
b. Terumbu Buatan Model Halter, Kubah, Piramid dan bentuk rancau.
Model piramid disamping untuk rehabilitasi terumbu karang juga terutama ditujukan untuk menghadang trawl. Terumbu buatan model halter sesuai untuk ikan yang mempunyai sifat ketertarikan terhadap cahaya. Terumbu buatan model kubah atau tipe yang lain yang menciptakan ruangan yang gelap sesuai untuk ikan yang mempunyai ketertarikan terhadap gelap.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan terumbu buatan model halter, kubah dan piramid adalah pasir, kerikil/batu split, semen, dan air. Kerikil dari batu pecah dengan ukuran diameter 2-3 cm agar mempunyai ikatan yang lebih kuat. Komposisi perbandingan pasir : split : semen = 2 : 2 : 3.
Langkah-langkah pembuatan terumbu buatan model ini adalah :
Membuat rangka besi dari besi beton
Pembuatan disesuaikan dengn material besi berdasarkan diameter masing-masing tipe bahan. Setelah pemotongan dilakukan kemudian di rangkai dan diikat dengan kawat baja sehingga membentuk rangkaian besi bahan terumbu karang buatan. Apabila besi sudah siap rangkaian tersebut dirapikan satu persatu untuk pengecoran.
Membuat cetakan beton
Bahan yang digunakan berupa papan tripleks 9 mm, kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Potongan kayu reng 3 x 4 cm sesuai dengan ukuran kebutuhan digunakan sebagai penguat cetakan beton selanjutnya dibuat rangkaian cetakan bagian dalam dengan ukuran yang sesuai dengan tipe bahan terumbu buatan. Setelah itu dibuat rangkaian cetakan bagian luar untuk menutup rangkaian cetakan dalam.
Menyiapkan campuran beton dan pengecoran
Campuran beton disesuaikan dengan komposisi dan takaran campuran beton yang akan digunakan yaitu 2:2:3. Pengadukan beton dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan cetok, atau secara mekanis dengan alat pengaduk beton. Adonan beton tersebut kemudian di tuangkan ke dalam cetakan sedikit demi sedikit hingga penuh dengan mengetuk-ketuk dinding cetakan secara berlahan-lahan agar adukan tersebut dapat masuk merata ke seluruh cetakan.
Membuka cetakan beton dan mengeringkan
Setelah pengecoran selesai dilaksanakan selanjutnya di tunggu proses pengerasan. Selama dalam cetakan ditempatkan di tempat yang teduh dan bila perlu ditutup dengan kain yang selalu di basahi. Pembukaan cetakan beton dilaksanakan secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada permukaan beton yang telah dibuat. Selanjutnya dilakukan pengeringan selama 28 hari. Setelah itu beton terumbu buatan tersebut siap di tempatkan. Pengangkutan terumbu buatan ke laut dilakukan dengan menggunakan perahu/speed boot. Adapun cara pengangkutan adalah sebagai berikut: pertama-tama beton di masukkan ke atas boot kemudian di bawa ke lokasi penempatan di laut. Setelah sampai kemudian beton diturunkan perlahan-lahan dengan posisi yang benar. Penempatan beton di lihat dimana tidak terdapat karang hidup.
Fungsi dan Manfaat Terumbu Buatan
Fungsi utama terumbu buatan adalah sebagai berikut:
1. Restorasi atau rehabilitasi fungsi-fungsi penting terumbu karang alami yang sudah rusak, yang ada di sekitarnya.
2. Untuk menarik dan mengumpulkan organisme laut sehingga upaya penangkapannya lebih mudah dan efisien.
3. Melindungi daerah penangkapan tradisional dari beroperasinya kapal pukat.
4. Membuka peluang baru bagi usaha pariwisata bahari dalam bentuk kegiatan penyelaman, snorkeling, pemancingan, dan sebagainya.
Jenis-jenis bahan untuk membuat terumbu buatan
Bahan alami
- Kayu dan bamboo
- Kulit kerang
- Batu pecah atau batu gamping
Bahan buatan
- Beton
- Bahan bekas yang tidak terpakai
- Bahan pengendap elektronis
Pembuatan Terumbu Buatan Dari Beton
a. Terumbu buatan modular dengan beton ringan
Bahan-bahan yang dperlukan untuk membuat modul ringan dengan berat 20-30 kg adalah kerikil, semen, dan air. Kerikil yang akan digunakan batu pecah dengan diameter 0,5-1 cm sehingga mempunyai ikatan yang lebih kuat. Serta semen yang di gunakan adalah semen yang mempunyai daya ikat yang baik.
Pada model ini, dimensi terumbu buatan biasanya berukuran panjang x lebar = 60 x 60 cm. untuk satu unit terumbu buatan moduler mempunyai volume 0,038 m3dan berat 76 kg.
Peralatan pokok yang digunakan antara lain cetaskan dan pengaduk beton. Cetakan dapat dibuat dari bahan papan kayu atau plat besi, paku dan plastic. Ukuran cetakan disesuaikan dengan dimensi beton yang akan di buat, yaitu panjang x lebar x tinggi / tebal= 60 x 60 x 5cm. agar lebih praktis, cetakan dibuat dari papan kayu dan dibuat beberapa unit sekaligus sehingga dapat mempercepat proses pencetakan. Dalam hal ini plastic digunakan sebagai alas waktu mencetaak beton. Pengadukan beton dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan cetok, atau secara mekanis dengan alat pengaduk beton.
Langkah-langkah pembuatan terumbu buatan model ini adalah:
Membuat cetakan beton
Menyiapkan tulangan praktis dari besi tulangan diameter 6 mm sesuai bentuk cetakan. Tulangan di potong +-4 kali ukuran panjang/lebar untuk tulangan keliling, dan untuk tulangan di tengah sepanjang lebar cetakan. Pada tiap sudut, tulangan keliling cukup di bengkokkan. Pengikatan atau perangkaian antar tulangan dengan kawat ram dilakukan pada pertemuan ujung pangkal tulangan keliling dan pertemuan tulangan keliling dengan ujung tulangan tengah.
Menyiapkan campuran beton ringan
Kerikil dibersihkan dari kotoran dengan mencuci / menyemprot dengan air. Semen dan kerikil dicampur dan diaduk dengan pengaduk hingga merata. Setelah rata sambil terus diaduk dituangkan air sedikit demi sedikit. Perbandingan air dan semen diperkirakan sehingga campuran/adukan beton mudah dikerjakan. Setelah campuran merata, dituangkan ke dalam cetakan kira-kira setengah tebal cetakan. Letakkan besi tulangan dan tuangkan sisa adukan hingga mencapai tebal yang diinginkan.
Mengeringkan campuran beton ringan
Selama dalam cetakan, tempatkan di dalam tempat yang teduh dan bila perlu tutup dengan kain yang selalu dibasahi paling cepat satu minggu setelah beton di tuangkan, cetakan dapat dibuka. Kepingan beton hasil cetakan ditumpuk tegak sambil diangin-anginkan dditempat yang teduh. Bila terdapat bagian yang patah dapat diperbaiki dengan menambal menggunakan pasta semen.
Merangkai moduler beton ringan
Apabila beton telah mengeras, dapat diangkut kelapangan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan menyusun secara miring lembaran-lembaran beton ringan percetak tersebut di dalam bak pengangkut. Setelah sampai dilokasi lembaran-lembaran dapat dirangkai membentuk kubus atau bentuk lain. Perangkaian dilakukan dengan tulangan diameter 6 mm yang dimasukkan dalam lubang yang telah disediakan pada samping lembaran beton. Setelah tulangan dimasukkan diisi dengan pasta semen selain itu antara lembaran beton dapat direkat dengan pasta semen pasir.
b. Terumbu Buatan Model Halter, Kubah, Piramid dan bentuk rancau.
Model piramid disamping untuk rehabilitasi terumbu karang juga terutama ditujukan untuk menghadang trawl. Terumbu buatan model halter sesuai untuk ikan yang mempunyai sifat ketertarikan terhadap cahaya. Terumbu buatan model kubah atau tipe yang lain yang menciptakan ruangan yang gelap sesuai untuk ikan yang mempunyai ketertarikan terhadap gelap.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan terumbu buatan model halter, kubah dan piramid adalah pasir, kerikil/batu split, semen, dan air. Kerikil dari batu pecah dengan ukuran diameter 2-3 cm agar mempunyai ikatan yang lebih kuat. Komposisi perbandingan pasir : split : semen = 2 : 2 : 3.
Langkah-langkah pembuatan terumbu buatan model ini adalah :
Membuat rangka besi dari besi beton
Pembuatan disesuaikan dengn material besi berdasarkan diameter masing-masing tipe bahan. Setelah pemotongan dilakukan kemudian di rangkai dan diikat dengan kawat baja sehingga membentuk rangkaian besi bahan terumbu karang buatan. Apabila besi sudah siap rangkaian tersebut dirapikan satu persatu untuk pengecoran.
Membuat cetakan beton
Bahan yang digunakan berupa papan tripleks 9 mm, kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Potongan kayu reng 3 x 4 cm sesuai dengan ukuran kebutuhan digunakan sebagai penguat cetakan beton selanjutnya dibuat rangkaian cetakan bagian dalam dengan ukuran yang sesuai dengan tipe bahan terumbu buatan. Setelah itu dibuat rangkaian cetakan bagian luar untuk menutup rangkaian cetakan dalam.
Menyiapkan campuran beton dan pengecoran
Campuran beton disesuaikan dengan komposisi dan takaran campuran beton yang akan digunakan yaitu 2:2:3. Pengadukan beton dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan cetok, atau secara mekanis dengan alat pengaduk beton. Adonan beton tersebut kemudian di tuangkan ke dalam cetakan sedikit demi sedikit hingga penuh dengan mengetuk-ketuk dinding cetakan secara berlahan-lahan agar adukan tersebut dapat masuk merata ke seluruh cetakan.
Membuka cetakan beton dan mengeringkan
Setelah pengecoran selesai dilaksanakan selanjutnya di tunggu proses pengerasan. Selama dalam cetakan ditempatkan di tempat yang teduh dan bila perlu ditutup dengan kain yang selalu di basahi. Pembukaan cetakan beton dilaksanakan secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada permukaan beton yang telah dibuat. Selanjutnya dilakukan pengeringan selama 28 hari. Setelah itu beton terumbu buatan tersebut siap di tempatkan. Pengangkutan terumbu buatan ke laut dilakukan dengan menggunakan perahu/speed boot. Adapun cara pengangkutan adalah sebagai berikut: pertama-tama beton di masukkan ke atas boot kemudian di bawa ke lokasi penempatan di laut. Setelah sampai kemudian beton diturunkan perlahan-lahan dengan posisi yang benar. Penempatan beton di lihat dimana tidak terdapat karang hidup.
Kamis, 08 April 2010
Kegiatan Pembinaan Teknis Pengelolaan KKPN di TWP Gili Matra
I.Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan serta pengendalian sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan berbagai sektor antaran lain antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen. Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil pemerintah dapat melakukan pendampingan terhadap pemerintah daerah dalam merumuskan dan melaksanakan rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki banyak pulau-pulau kecil yang membutuhkan keseriusan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaannya. Beberapa diantaranya ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN). Di Indonesia bagian timur terdapat 8 kawasan konservasi perairan nasional yang resmi ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh menteri kelautan dan perikanan pada tanggal 3 September 2009. Delapan kawasan konservasi perairan nasional yang di tetapkan tersebut merupakan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam yang telah diserahterimakan dari departemen kehutanan kepada departemen kelautan dan perikanan. Menteri kelautan dan perikanan kemudian menunjuk Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk mengelola kawasan konservasi tersebut. Dirjen KP3K telah memiliki UPT yang akan mengelola kawasan tersebut yaitu Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) dan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN). 7 dari 8 kawasan yang telah ditetapkan berada di bawah BKKPN dan salah satunya adalah Pulau Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan dengan luas 2.954 hektar.
Atas dasar pengalihan tanggung jawab kawasan dari departemen kehutanan kepada departemen kelautan dan perikanan, maka perlu dilakukan sosialisasi dan pertemuan atara pemerintah daerah, BKKPN, Pemerintah Pusat, dan Stake holders terkait dalam rangka untuk membicarakan strategi pengelolaan yang baik dan bisa menjamin kesejahteraan masyarakat.
b.Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Repoblik Indonesia Nomor KEP.67/MEN/2009 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
c. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas rencana strategi pengelolaan yang akan di lakukan BKKPN pada TWP Gili Matra.
II. Isi Laporan
a. Jenis Kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan BKKPN dalam rangka menindak lanjuti hasil diskusi antara kepala BKKPN dengan Kasubdit KTNL Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan.
b. Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan pertemuan dilakukan di Hotel Jayakarta Sengigi Lombok Barat pada tanggal 26 Maret 2010.
c. Petugas Kegiatan
Kegiatan pertemuan ini di laksanakan oleh Direktur Konservasidan Taman Nasional Laut Direktorat Jenderaal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Direktorat Jenderaal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan.
d. Peserta Kegiatan
Peserta dalam kegiatan pertemuan ini terdiri dari beberapa instansi terkait baik itu dari Profinsi NTB, Lombok Utara maupun Lombok Barat.serta dari kelompok masyarakat dan LSM yang ada di Gili Matra dan sekitarnya.
e. Hasil Kegiatan
Kegiatan pertemuan yang di hadiri oleh dinas dan stakeholder terkait berjalan dengan baik. Acara di buka oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Profinsi NTB yang di wakili oleh wakilnya dan langsung menyampaikan sambutannya. Dalam smbutannya Waka Dinas Kelautan dan Perikanan menyampaikan Permintaan maaf dari Bapak Kepala Dinas karena hari ini tidak dapat hadir. Selain itu juga beliau menyempaikan rasa bahagianya dengan dilakukannya kegiatan pertemuan ini karena masalah konservasi memiliki peranan yang penting sekali dalam pembangunan Perikanan khussusnya dalam arahan Menteri baru yakni pengembangan Perikanan 300 %. Wakil kepala dinas juga mengharapan penengembangan di NTB, bukan hanya di lautan namun juga pengembangan perikanan di darat (Budidaya). Sebenarnya perhatian pemerintah terhadap konservasi di NTB sudah bagus tapi implementasinya yang belum sempurna, misalnya di lombk timur terdapat perda tentang terumbu karang akan tetapi tetap saja pengambilan terumbu karang di lakukan, tahun 2010 terdapat 10 kasus dan 5 kasus sudah masuk p21. Masih menurut wakil Kepala Dinas , NTB mempunyai 76 kelompok pengawas akan tetapi hanya beberapa yang aktif antaranya di Lombok utara misalnya satgas di gili matra, lombok timur, dll. Harapan terahir dari wakil kepala dinas bahwa harus ada keterlibatan masyarakat dalam melakukan konservasi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh dua nara sumber yaitu Kasubdit KTNL dan Kepala BKSDA (diwakili) dengan Kepala dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan kabupaten Lombok Utara sebagai moderator. Kasubdit KTNL Pak Riyanto menyampaikan mataeri tentang Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nasional sedangkan Kepala BKSDA/ yang mewakili menyampaikan materi tentang Teknis Pengelolaan TWAL Gili Matra Sebelum Penyelarasan. Selama penyampaian materi terdapat banyak pertanyaan dan dimasukkan oleh peserta misalnya dari Dinas Kelautan Profinsi yang menanyakan tentang bagaimana status hutan mangrove dan hewan darat seperti burung yang ada di Gili Matra terkait dengan adanya perubahan status kawasan. Pertanyaan tersebut di tanggapi BKSDA bahwa Untuk potensi yang bersifat teresstial misalnya Hutan mangrove dan spesies burung dan lainnya masih dikelola oleh Departemen Kehutanan. Yang perlu diatur adalah mekanisme pemanfataatan khususnya untuk biota-biota yang dilindungi.serta masih banyak pertanyaan-pertanyan yang di lontarkan oleh peserta dan tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh pemateri , dalam laporan ini kami lampirkan pada notulen kegiatan.
Setelah acara sesi pertama selesai kemudian dilanjutkan dengan istirahat untuk shalat jumat. Setelah shalat jumat acara kemudian dilanjutkan. Pada sesi dua ini materi disampaikan oleh Kepala BKKPN Kupang yanag menyampaikan materi tentang Peran BKKPN Dalam Pengelolan KKPN Gili Matra. Materi kedua disampaikan oleh ketua Gili Eco Trust yang membawakan materi tentang Peran dan Dukungan Masyarakat dalam Pengelolaan KKPN Gili Matra. Pada sesi dua ini yang bertindak sebagai moderator adalah Pak Suraji dari Subdit KKP dan TNL Jakarta. Pada sesi dua ini juga di lanjutkan dengan Tanya jawab dan diskusi (notulen pertemuan terlampir).
f. Kesulitan dan Hambatan
Kegiatan pertemuan yang membahas tentang Pembinaan Teknis Pengelolaan KKPN yang di laksanakan di Hotel Jayakarta sengigi Lombok sempat di undur dua hari yang rencananya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2010 diundur menjadi 26 Maret 2010. Hal ini di sebabkan karena adanya kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kabupaten Lombok Utara.
III. Penutup
a. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertemuan dapat berjalan dengan baik, walaupun waktu pelaksanaan di undur dua hari namun bukan halangan untuk terlaksananya kegiatan. Adapun hasil yang baik yang diperoleh dari kegiatan tersebut adala adanya kesepakatan yang baik dari dinas dan stakeholders terkait dalam rangka pengelolaan TWP Gili Matra.
b. Saran
Diharapkan agar dalam pelaksanaan kegiatan pertemuan selanjutnya dilakukan koordinasi yang lebih baik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan kegiatan.
a. Latar Belakang
Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan serta pengendalian sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan berbagai sektor antaran lain antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen. Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil pemerintah dapat melakukan pendampingan terhadap pemerintah daerah dalam merumuskan dan melaksanakan rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki banyak pulau-pulau kecil yang membutuhkan keseriusan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaannya. Beberapa diantaranya ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN). Di Indonesia bagian timur terdapat 8 kawasan konservasi perairan nasional yang resmi ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh menteri kelautan dan perikanan pada tanggal 3 September 2009. Delapan kawasan konservasi perairan nasional yang di tetapkan tersebut merupakan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam yang telah diserahterimakan dari departemen kehutanan kepada departemen kelautan dan perikanan. Menteri kelautan dan perikanan kemudian menunjuk Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk mengelola kawasan konservasi tersebut. Dirjen KP3K telah memiliki UPT yang akan mengelola kawasan tersebut yaitu Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) dan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN). 7 dari 8 kawasan yang telah ditetapkan berada di bawah BKKPN dan salah satunya adalah Pulau Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan dengan luas 2.954 hektar.
Atas dasar pengalihan tanggung jawab kawasan dari departemen kehutanan kepada departemen kelautan dan perikanan, maka perlu dilakukan sosialisasi dan pertemuan atara pemerintah daerah, BKKPN, Pemerintah Pusat, dan Stake holders terkait dalam rangka untuk membicarakan strategi pengelolaan yang baik dan bisa menjamin kesejahteraan masyarakat.
b.Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Repoblik Indonesia Nomor KEP.67/MEN/2009 Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
c. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas rencana strategi pengelolaan yang akan di lakukan BKKPN pada TWP Gili Matra.
II. Isi Laporan
a. Jenis Kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan BKKPN dalam rangka menindak lanjuti hasil diskusi antara kepala BKKPN dengan Kasubdit KTNL Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan.
b. Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan pertemuan dilakukan di Hotel Jayakarta Sengigi Lombok Barat pada tanggal 26 Maret 2010.
c. Petugas Kegiatan
Kegiatan pertemuan ini di laksanakan oleh Direktur Konservasidan Taman Nasional Laut Direktorat Jenderaal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Direktorat Jenderaal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan.
d. Peserta Kegiatan
Peserta dalam kegiatan pertemuan ini terdiri dari beberapa instansi terkait baik itu dari Profinsi NTB, Lombok Utara maupun Lombok Barat.serta dari kelompok masyarakat dan LSM yang ada di Gili Matra dan sekitarnya.
e. Hasil Kegiatan
Kegiatan pertemuan yang di hadiri oleh dinas dan stakeholder terkait berjalan dengan baik. Acara di buka oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Profinsi NTB yang di wakili oleh wakilnya dan langsung menyampaikan sambutannya. Dalam smbutannya Waka Dinas Kelautan dan Perikanan menyampaikan Permintaan maaf dari Bapak Kepala Dinas karena hari ini tidak dapat hadir. Selain itu juga beliau menyempaikan rasa bahagianya dengan dilakukannya kegiatan pertemuan ini karena masalah konservasi memiliki peranan yang penting sekali dalam pembangunan Perikanan khussusnya dalam arahan Menteri baru yakni pengembangan Perikanan 300 %. Wakil kepala dinas juga mengharapan penengembangan di NTB, bukan hanya di lautan namun juga pengembangan perikanan di darat (Budidaya). Sebenarnya perhatian pemerintah terhadap konservasi di NTB sudah bagus tapi implementasinya yang belum sempurna, misalnya di lombk timur terdapat perda tentang terumbu karang akan tetapi tetap saja pengambilan terumbu karang di lakukan, tahun 2010 terdapat 10 kasus dan 5 kasus sudah masuk p21. Masih menurut wakil Kepala Dinas , NTB mempunyai 76 kelompok pengawas akan tetapi hanya beberapa yang aktif antaranya di Lombok utara misalnya satgas di gili matra, lombok timur, dll. Harapan terahir dari wakil kepala dinas bahwa harus ada keterlibatan masyarakat dalam melakukan konservasi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh dua nara sumber yaitu Kasubdit KTNL dan Kepala BKSDA (diwakili) dengan Kepala dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan kabupaten Lombok Utara sebagai moderator. Kasubdit KTNL Pak Riyanto menyampaikan mataeri tentang Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nasional sedangkan Kepala BKSDA/ yang mewakili menyampaikan materi tentang Teknis Pengelolaan TWAL Gili Matra Sebelum Penyelarasan. Selama penyampaian materi terdapat banyak pertanyaan dan dimasukkan oleh peserta misalnya dari Dinas Kelautan Profinsi yang menanyakan tentang bagaimana status hutan mangrove dan hewan darat seperti burung yang ada di Gili Matra terkait dengan adanya perubahan status kawasan. Pertanyaan tersebut di tanggapi BKSDA bahwa Untuk potensi yang bersifat teresstial misalnya Hutan mangrove dan spesies burung dan lainnya masih dikelola oleh Departemen Kehutanan. Yang perlu diatur adalah mekanisme pemanfataatan khususnya untuk biota-biota yang dilindungi.serta masih banyak pertanyaan-pertanyan yang di lontarkan oleh peserta dan tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh pemateri , dalam laporan ini kami lampirkan pada notulen kegiatan.
Setelah acara sesi pertama selesai kemudian dilanjutkan dengan istirahat untuk shalat jumat. Setelah shalat jumat acara kemudian dilanjutkan. Pada sesi dua ini materi disampaikan oleh Kepala BKKPN Kupang yanag menyampaikan materi tentang Peran BKKPN Dalam Pengelolan KKPN Gili Matra. Materi kedua disampaikan oleh ketua Gili Eco Trust yang membawakan materi tentang Peran dan Dukungan Masyarakat dalam Pengelolaan KKPN Gili Matra. Pada sesi dua ini yang bertindak sebagai moderator adalah Pak Suraji dari Subdit KKP dan TNL Jakarta. Pada sesi dua ini juga di lanjutkan dengan Tanya jawab dan diskusi (notulen pertemuan terlampir).
f. Kesulitan dan Hambatan
Kegiatan pertemuan yang membahas tentang Pembinaan Teknis Pengelolaan KKPN yang di laksanakan di Hotel Jayakarta sengigi Lombok sempat di undur dua hari yang rencananya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2010 diundur menjadi 26 Maret 2010. Hal ini di sebabkan karena adanya kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kabupaten Lombok Utara.
III. Penutup
a. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertemuan dapat berjalan dengan baik, walaupun waktu pelaksanaan di undur dua hari namun bukan halangan untuk terlaksananya kegiatan. Adapun hasil yang baik yang diperoleh dari kegiatan tersebut adala adanya kesepakatan yang baik dari dinas dan stakeholders terkait dalam rangka pengelolaan TWP Gili Matra.
b. Saran
Diharapkan agar dalam pelaksanaan kegiatan pertemuan selanjutnya dilakukan koordinasi yang lebih baik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan kegiatan.
Langganan:
Postingan (Atom)